Selasa, 18 April 2017

HADIS TARBAWI

MAKALAH HADIS TARBAWI
 (Materi Pendidikan Islam)

Dosen Pengampu :
H. Subki M. Pd. I


O

L

E

H



 

Nama : Nikmatun Apriliya
Kelas : II A
Kelompok : 7



JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM

                                                               2017      




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahun, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi.
Namun sekian perjalanan waktu di zaman moderen ini terkadang kita mendapati di berbagai dunia pendidikan bahwa telah terjadi banyak penyimpangan yang terjadi antara kebijakan pemerintah ataupun lembaga pendidikan tertentu yang tidak menitikberatkan pada aspek afektif, kognitif ataupun psikomotorik. Inilah yang menjadikan akan terlahir peserta didik yang begitu terkesan dengan nuansa pragmatisme.[1]
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai materi pendidikan islam beserta hadisnya.





B.     Rumusan Masalah
1)      Apa pengertian dari pendidikan islam ?
2)      Bagaimana bentuk pendidikan Aqidah menurut hadis ?
3)      Bagaimana bentuk pendidikan ibadah menurut hadis ?
4)      Bagaimana bentuk pendidikan akhlak menurut hadis ?
5)      Bagaimana bentuk pendidikan hati menurut hadis ?
6)      Bagaimana bentuk pendidikan jasmani menurut hadis ?
7)      Bagaimana bentuk pendidikan sosial menurut hadis ?
8)      Bagaimana bentuk pendidikan akal menurut hadis ?
9)      Bagaimana bentuk pendidikan seks menurut hadis ?

C.    Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis Tarbawi tentang hadis yang menerangkan materi pendidikan islam, dan juga untuk menambah wawasan kita dalam memahami pendidikan islam seperti pendidikan akidah, ibadah, akhlak, hati, jasmani, sosial, akal dan seks.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan Islam
Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata pengajaran dalam bahasa arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “alama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan pendidikan islam dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah islamiah”. Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman nabi Muhammad SAW.[2]
Pendidikan secara Teoritis mengandung pengertian “memberi makanan” kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar manusia.[3]
Jadi pendidikan islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.[4]



B.     Hadis tentang Pendidikan Aqidah
Pendidikan akidah adalah proses pembinaan dan pemantapan kepercayaan dalam diri seseorang sehingga menjadi akidah yang kuat dan benar. Proses tersebut dapat dilakukan dalam bentuk pengajaran, bimbingan dan latihan. Dalam penerapannya, pendidik dapat menggunakan berbagai metode yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehubungan dengan ini terdapat hadis-hadis berikut :[5]
عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذاتَ يَوْمٍ اِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدٌ بَيَاضُ الثِّيَابِ شَدِيْدُ ثَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُهُ مِنَّا اَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ اِلىَى النَّبِبِّي صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَاَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ اِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ  عَلَى فَخْذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدٌ  أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَمِ فَقَالَ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتىَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ البَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيْهِ سَبِيْلاُ. قَالَ صَدَّقْتَ قَالَ فَعَجَبْنَا لَهٌ يَسْأَلُهُ وَيَصَدِّذقُهُ قَالَ فَاَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكٌتٌبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الأَخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدْرِخَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَّقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَاللّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّ لَمْ تَكُنْ تَرَاهٌ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Umar ibn al-Khatthâb meriwayatkan: pada suatu hari ketika kami berada di dekat Rasulullah saw., tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya tanda-tanda dalam perjalanan dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Sampai ia duduk di dekat Nabi SAW. lalu ia menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas paha Nabi, lantas berkata, "Hai Muhammad! Beritahukan kepada saya tentang Islam! Rasulullah saw. bersabda: Islam itu adalah  pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah  utusan Allah, mendirikan salat, membayarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan menunaikan haji bagi orang yang sanggup. Lelaki itu berkata: Engkau benar. Umar berkata, 'kami tercengang melihatnya, ia bertanya dan ia pula yang membenarkannya'. Selanjutnya laki-laki itu berkata lagi: Beritahukan kepada saya tentang iman!  Rasulullah saw. menjawab: Iman itu adalah  keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat dan qadar baik dan buruk. Laki-laki itu berkata: Engkau benar. Selanjutnya, ia berkata lagi: Beritahukan kepada saya tentang ihsan! Rasulullah saw. menjawab: ihsan itu adalah  Engkau menyembah Allah seakan-akan Engkau melihatnya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka rasakanlah bahwa Dia melihatmu.” (H.R. Al-Bukhari, Muslim. Abu Dawud, dan An-Nasa’i)[6]
Hadis ini muncul setelah malaikat Jibril bertanya kepada nabi Muhammad SAW tentang iman, islam, ihsan dan hari kiamat. Ketika itu beliau sedang berada di tengah-tengah sahabat. Untuk menjawabnya, beliau mengucapkan hadis diatas. Dari hadis diatas dapat diambil beberapa pelajaran penting mengenai pendidikan, yaitu :
1.      Dalam hadis diatas dinyatakan bahwa Jibril datang mengajarkan agama kepada sahabat Rasulullah. Dalam proses ini, Jibril berfungsi sebagai guru, Rasulullah sebagai narasumber, dan para sahabat sebagai peserta didik.
2.      Dalam proses pembelajaran, Jibril sebagai guru menggunakan metode tanya-jawab. Metode ini efektif untuk menarik minat dan memusatkan perhatian para peserta didik.
3.      Materi pengajaran agama islam dalam hadis tersebut meliputi aspek-aspek pokok dalam ajaran islam, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Dari ketiganya, aspek yang didahulukan adalah akidah. Ajaran islam diajarkan secara integral. Tidak secara parsial.
Islam menempatkan pendidikan akidah pada posisi yang paling mendasar, yakni terposisikan sebagai rukun yang pertama dalam rukun islam yang lima, sekaligus sebagai kunci yang membedakan antara orang islam dan non-islam. Lamanya waktu dakwah Rasulullah dalam rangka mengajak umat agar bersedia menauhidkan Allah menunjukkan betapa penting dan mendasarnya pendidikan akidah islamiah bagi setiap umat muslim pada umumnya. Terlebih pada kehidupan anak, dasar-dasar akidah harus terus-menerus ditanamkan agar setiap perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi oleh akidah yang benar.
Pendidikan islam dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan akidah islamiah, karena akidah merupakan inti dan dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan sejak dini.[7]

C.    Hadis tentang Pendidikan Ibadah
Pendidikan ibadah yang dimaksud di sini adalah proses pengajaran, pelatihan dan bimbingan dalam pengamalan ibadah khusus.[8] Menurut Nasiruddin Razak, bahwa ibadah secara umum berarti bakti manusia kepada Allah SWT, karena didorong dan di bangkitkan oleh akidah tauhid.[9] Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibadah adalah proses membimbing dan mengarahkan segala potensi insan yang ada pada anak terutama potensi kehambaan pada Allah, sehingga akan menimbulkan ketaatan yang tertanam kuat dalam hati sebagai pegangan dan landasan hidup di dunia dan di akhirat. Sehingga dengan pendidikan ibadah tersebut seseorang dalam bertindak dan bertingkah laku didasari atas ketaatan kepada Allah SWT.
Berikut hadis mengenai pendidikan ibadah :
عَنْ عُمَرُ بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ  سَبْعَ سِنِيْنَ وَاضْرِبُهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُعَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِيْ المَضَاجِعِ
( روه ابو داود )
Dari Umar bin syu’aib berkata, Rasulullah Saw bersabda : “Perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk sholat ketika  berumur 7 tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berumur 10 tahun bila mereka enggan menunaikannya, dan pisahkanlah mereka dari ranjang-ranjangnya”. (Abu Daud)
Kandungan Pendidikan hadits tersebut adalah:
1.      Dari hadist diatas sudah jelas yaitu perintah untuk memerintahkan salat atau pendidikan ibadah diberikan sejak dini sehingga ketika usia baligh maka mereka dapat mengamalkannya.
2.       Para guru dan orang tua hendaknya menjelaskan kepada anak-anak dengan penjelasan yang sangat sederhana tentang pentingnya berbagai bentuk ibadah, lengkap dengan rukun-rukunnya, seperti shalat, zakat, dan haji. Selain itu, emosional anak harus di siapkan saat membicarakan berbagai bentuk ibadah sehingga mereka merindukan ikatan dengan Allah Swt dan beribadah kepadaNya dengan cara yang benar.[10]
Dalam menjelaskan atau membicarakan berbagai bentuk ibadah, para guru dan orangtua hendaknya menggunakan tema pembahasan secara berurutan. Misalnya dalam satu kesempatan membicarakan tentang satu tema yang berkaitan dengan shalat saja atau tema yang berkaitan dengan puasa saja dan seterusnya. Berusaha sedapat mungkin agar anak-anak dapat menyadari pentingnya melaksanakan berbagai bentuk ibadah dalam kehidupan mereka. Para guru dan orangtua hendaknya mengetahui pentingnya berbagai bentuk ibadah dalam kehidupan seorang muslim.[11]

D.    Hadis tentang Pendidikan Akhlak
Pengertian akhlak secara etimologi dapat diartikan sebagai budi pekerti, watak dan tabiat.[12] Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan  dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan di samping terbiasa melakukan akhlak mulia.[13] Berikut adalah hadis yang menjelaskan tentang pendidikan akhlak :
“Abdullah bin Amrur ra berkata, Nabi Muhammad SAW bukanlah orang yang keji dan tidak bersikap keji. Beliau bersabda, sesungguhnya yang terbaik diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR. Al-Bukhari). Hadis ini memuat informasi bahwa Rasulullah memiliki sifat yang baik dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang yang berakhlak mulia. Itu berarti bahwa akhlak mulia adalah suatu hal yang perlu dimiliki oleh umatnya. Agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia, maka harus diajarkan.
Supaya para sahabat dan umatnya memiliki akhlak yang mulia, Rasulullah memberikan motivasi. Diantaranya seperti yang disebutkan dalam hadis berikut : “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang penyebab utama yang dapat memasukkan seseorang kedalam surga. Beliau menjawab, Bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia. Beliau ditanya pula tentang penyebab utama yang dapat membawa orang ke neraka. Beliau menjawab, mulut dan kemaluan.”(HR. At-Tirmidzi)
Pendidikan akhlak mengutamakan nilai-nilai universal dan fitrah yang dapat diterima oleh semua pihak. Beberapa akhlak yang dicontohkan nabi Muhammad diantaranya adalah menyenangi kelembutan, kasih sayang, tidak kikir, tidak berkeluh kesah, menahan diri, menahan marah, mengendalikan emosi, dan mencintai saudaranya. Akhlak yang demikian perlu diajarkan dan dicontohkan orangtua kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlak karimah pada anak-anaknya karena sangat penting dan dapat membahagiakan hidup, baik di dunia maupaun diakhirat.[14]

E.     Hadis tentang Pendidikan Hati
Pendidikan hati merupakan bagian dari pembinaan rohani yang ditekankan pada upaya pengembangan potensi jiwa manusia agar senantiasa dekat dengan Allah SWT, cenderung kepada kebaikan, dan menghindar dari kejahatan. Sehubungan dengan ini, terdapat hadis-hadis antara lain sebagai berikut :[15]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلىَ صُوَرِكُمْ وَاَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan hartamu tetapi Dia melihat hati dan pekerjaanmu.”(HR. Ibnu Hibban)[16]
Dalam hadis di atas, Rasulullah menegaskan bahwa Allah SWT lebih menghargai hati yang bersih dan amal shaleh daripada bentuk tubuh yang cantik, gagah, dan harta yang banyak. Itu berarti bahwa sebagai hamba Allah, setiap muslim harus berupaya mendapatkan yang lebih baik menurut Rabb-nya.[17]

F.     Hadis tentang Pendidikan Jasmani
Menurut Aip Syarifuddin-Muhadi, pendidikan jasmani adalah suatu proses melalui aktifitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematis untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak serta nilai dari sikap yang positif bagi warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.[18]
Diantara tujuan pendidikan jasmani adalah menjaga dan memelihara kesehatan badan termasuk organ-organ pernapasan, peredaran darah dan pencernaan, melatih otot-otot dan urat saraf, serta melatih kecekatan dan ketangkasan.[19] Sehubungan dengan ini, ditemukan hadis sebagai berikit :

1)      Memanah
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ يَقُوْلُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُوْلُ وَأَعِدُّوالَهُمْ مَااسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيييُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيييُ أَلاَ إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيييُ
Uqbah bin Amir berkata, “ saya mendengar Rasulullah Saw bersabda ketika beliau sedang berada atas mimbar, “Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah.
(HR. Muslim).[20]
Rasulullah SAW memiliki perhatian yang lebih terhadap olahraga memanah. Hal itu dapat dipahami dari satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Uqbah bin Amir Al-Juhani : ”Barangsiapa yang telah mempelajari memanah lalu ia tinggalkan berarti ia sudah mendurhakaiku.”(HR. Ibnu Majah). Dari hadis ini dapat dipahami bahwa orang yang sudah terampil memanah harus memelihara keterampilan itu. Meninggalkannya dipandang sebagai salah satu bentuk pelanggaran terhadap anjuran Rasulullah SAW. Itu berarti bahwa beliau sangat mementingkan olahraga ini.[21]
2)      Berkuda
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ ارْمُوْا وَارْكَبُوْا وَاَنْ تَرْمُوْا أَحَبُّ اِلَيَّ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوْا وَإِنْ كُلَّ شَيْئٍ يَلْهُوْ بِهِ الرَّجُلُ بَاطِلٌ إِلاّ رَمْيَةَ الرَّجُلِ بِقَوْسِهِ وَتَأْدِيَبَهُ فَرَسَهُ وَمُلَا عِبَتَهُ امْرَأَتَهُ.
Dari Uqbah bin Amir Al-Juhani bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Memanahlah dan kendarailah olehmu (kuda). Namun, memanah lebih aku sukai daripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi seseorang adalah batil, kecuali yang memanah dengan busurnya, mendidik atau melatih kudanya, dan bersenang-senang dengan istrinya.” (HR. Ibnu Majah)[22]
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa erkuda dan memanah termasuk olahraga yang disukai oleh Rasulullah SAW. Kemampuan berkuda dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan termasuk berdagang dan berperang.[23]
3)      Menjaga Pola Makan
         Pola makan seseorang akan berpengaruh kepada kesehatan jasmaninya, selain itu bahan makanan yang memenuhi persyaratan, polanya harus baik, yaitu tidak berlebihan. Hal ini sesuai dengan firman Allah di Surah Al-A’raf: 31 yang berbunyi:
يَبَنِي اَدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلاَ تُسْرِفُوْا، اِنَّ للّهَ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(QS. Al-A’raf: 31)

Ayat diatas, didukung dengan hadits yang berbunyi :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ يَأْكُلُ فِي مِعًى وَاحِدٍ وَالْكَافِرُ يَأْكُلُ فِي سَبْعَةِ أَمْعَاءُ
Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Orang beriman itu makan dengan satu usus(perut), sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus.” (HR. Al-Bukhari)[24]
Menurut M. Syuhudi Ismail, secara tekstual hadis tersebut menjelaskan bahwa usus orang yang beriman berbeda dari usus orang kafir. Padahal dalam kenyataan yang lazim, perbedaan antomi tubuh manusia tidak disebabkan oleh perbedaan iman.  Dengan demikian pernyataan hadis itu merupakan ungkapan simbolik.[25]
4)      Menjaga Kebersihan
عَنْ اَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ، قَالَ رَسُوْلَ اللّه صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطّهُوْرُ شَطرُ الْإِيْمَنِ
Abu Malik Al-Asy’ari bercerita bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR. Muslim)[26]
Perhatian Rasulullah yang lebih serius lagi terhadap masalah kebersihan gigi dan mulut terlihat dalam hadis berikut : “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Sekiranya tidak akan memberatkan bagi orang-orang yang beriman (dalam riwayat zuhair, bagi umatku) tentu aku menyuruh mereka menggosok gigi ketika mendirikan setiap shalat.”(HR. Muslim).
Dari beberapa hadis di atas, terlihat bahwa beliau sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan jasmani. Itu berarti bahwa beliau mendidik umatnya dengan metode keteladanan dan motivasi.[27]

G.    Hadis tentang Pendidikan Sosial
Menurut Abdul Hamid al-Hasyimi, pendidikan sosial adalah bimbingan orang dewasa terhadap anak dengan memberikan pelatihan untuk pertumbuhan kehidupan sosial dan memberikan macam-macam pendidikan mengenai perilaku sosial dari sejak dini, agar hal itu menjadi elemen penting dalam pembentukan sosial yang sehat.[28]
Sehubungan dengan pendidikan sosial, terdapat hadis-hadis sebagai berikut :
1.)    Orang Beriman harus Bersatu
عَنْ اَبِى مُوْسَى عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
Dari Abu Musa, Nabi Saw bersabda, “ Sesungguhnya seorang mukmin bagi mukmin yang lain laksana satu bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” Beliau pun memasukkan jari-jari tangannya satu sama lain. (HR. Al-Bukhori)
2.)    Orang Beriman Harus Saling Mencintai
عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Anas, Nabi Saw Bersabda, “Tidak beriman salah seorang kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari)
3.)    Orang Beriman Harus Saling Membantu
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَاللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَاللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “ Siapa yang melapangkan seorang mukmin dari satu kesulitan dunia, Allah akan melapangkannya dari satu kesulitan hari kiamat. Siapa yang memudahkan dari kesulitan, Allah akan memudahkan dari kesulitan dunia dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang mukmin, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanyaselama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim)[29]
Dari hadis-hadis di atas, diketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mampu hidup sendiri. Dalam berbagai hal, manusia membutuhkan bantuan dari orang lain. Oleh sebab itu manusia harus hidup secara sosial. Ia tidak boleh mementingkan hidup sendiri. Untuk itu Rasulullah mendidik umatnya agar menjadi makhluk sosial dengan metode ganjaran atau motivasi yang besar.[30]

H.    Hadis Tentang Pendidikan Akal
Pendidikan akal adalah proses meningkatkan kemampuan intelektual dalam bidang ilmu alam, teknologi dan sains moderen sehingga anak mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh-Nya.[31]
Abdullah Nasih Ulwan, mengatakan, pendidikan akal adalah membentuk pola pikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, seperti ilmu agama, kebudayaan dan peradaban. Dengan demikian pemikiran anak menjadi matang, bermuatan ilmu, kebudayaan dan sebagainya.[32]
Sehubungan dengan pendidkan akal, ditemukan hadis-hadis sebagai berikut :
Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah SWT dan jangan kamu memikirkan Dzat-Nya’.”(HR.Ath-Thabrani)
Dalam hadis di atas, Rasulullah SAW mendorong umatnya agar berpikir sebebas-bebasnya, asal di daerah ciptaan Allah SWT, alam semesta. Akan tetapi karena keterbatasan akal, Dia melarang memikirkan Dzat-Nya, karena akan menimbulkan kesalahan dan kerusakan.
Beliau juga memperingatkan sikap taklid buta yang selalu menuruti dan mengikuti pendapat orang lain. Berikut ini hadis yang menjelaskan hal tersebut :
Dari Hudzaifah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW brsabda, “Janganlah kalian semua menjadi penjilat yang mengatakan bahwa (sekelompok) manusia telah berbuat baik kepada kami karena mereka telah berbuat baik dan mengatakan bahwa mereka telah berbuat zalim kepada kami karena mereka berbuat zalim kepada kalian. Akan tetapi, persiapkanlah diri kalian semuanya, jika ada manusia telah berbuat baik, maka kalian harus berbuat baik, dan jika mereka berbuat buruk, maka janganlah kalian berbuat zalim.”(HR. At-Tirmidzi)
Dalam hadis di atas, Rasulullah menganjurkan kepada umatnya supaya menggunakan akalnya dalam membedakan antara kebenaran dan kebatilan atau antara kebaikan dan keburukan.
Dalam proses pembelajaran yang mengacu kepada pencerahan akal, Rasulullah sering melakukan dialog dengan para sahabat. Metode tanya jawab ini memang sangat banyak keuntungannya bagi peserta didik dalam mengembangkan pemikirannya.
Armai Arif mengemukakan keuntungan metode ini, di antaranya sebagai berikut :
1.      Mendorong murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh.
2.      Walaupun prosesnya agak lambat, guru dapat mengontrol pemahaman murid pada masalah-masalah yang dibicarakan.
3.      Pertanyaan dapat memusatkan perhatian siswa sekalipun ketika itu siswa sedang ribut.
4.      Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingat.
5.      Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapatnya.[33]

I.       Hadis tentang Pendidikan Seks
Dorongan seksual yang telah diciptakan oleh Allah SWT dalam diri manusia menjadi sebab kelangsungan seluruh makhluk hidup, termasuk umat manusia. Allah SWT telah menjadikan masa tertentu untuk melakukan hal ini agar manusia dapat meneruskan keturunan.
Agar dorongan seksual pada diri anak dapat berjalan dengan normal tanpa ada pembangkit dari luar yang menyebabkannya menyimpang dari perilaku yang lurus, islam menjaga anak dana menuntunnya dengan berbagai perintah dan larangan. Hal itu dimaksudkan agar dorongan seksual yang dimilikinya itu dapat terarah secara baik, tetap seimbang, dan bersih tanpa adanya penyimpangan.
Sebagai orangtua wajib mengikuti pilar-pilar yang telah digariskan oleh Rasulullah untuk menjaga anak mereka dari penyimpangan seksual. Pilar-pilar tersebut antara lain terdapat dalam hadis-hadis beriku :
1.      Memisahkan Tempat Tidur Anak Laki-Laki dan Perempuan
Dari Abdullah, Rasulullah SAW berkata, “Suruhlah anakmu mendirikan shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur 10 tahun. (Pada saat itu) pisahkanlah tempat tidur mereka.”(HR. Abu Dawud).
Al-Allamah Syaikh Waliyullah Ad-Dahlawi berkata, “Perintah pemisahan tempat tidur ini disebabkan karena masa-masa seperti itu merupakan masa-masa pubertas. Jika tidak diatur, maka bisa-bisa anak akan melampiaskan nafsu seksualnya. Dengan demikian haruslah jalan kerusakan ini ditutup lebih dini sebelum hal itu terjadi.
2.      Posisi Tidur Miring ke Sisi Kanan, Tidak Menelungkup
Dari Al-Barra’ bin Azib, ia berkata, “Rasulullah SAW berkata kepadaku apabila engkau mendatangi tempat tidurmu (akan tidur), maka berwudhulah seperti wudhu akan shalat kemudian tidurlah dengan miring ke sisi kanan.”(HR. Al-Bukhari).
Muhammad Suwaid menjelaskan bahwa meneladani sunnah Rasulullah dalam tidur dengan cara berbaring pada sisi kanan akan menjauhkan anak dari sekian banyak gelombang seksual anak ketika tidur. Rasulullah menganggap tidur menelungkup sebagai tidurnya setan. Tidur telungkup menyebabkan terjadi banyak gesekan alat kelamin anak yang akan membangkitkan syahwatnya. Di samping itu, tidur telungkup juga dapat menimbulkan banyak penyakit jasmani.
3.      Membiasakan Anak Menundukkan Pandangaan dan Memelihara Aurat
Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, “Adalah A-fadl bin Abbas membonceng nabi Muhammad lalu datanglah seorang wanita dari khats’am yang meminta fatwa kepada beliau. Al-fadhl kemudian memandang perempuan itu dan ia pun memandangnya. Lalu Rasulullah memalingkan wajah Al-Fadhl ke sisi yang lain.”(HR. Abu Dawud).
Pandangan merupakan jendela bagi anak untuk melihat dunia luar. Apa saja yang dilihat oleh kedua matanya kan terpatri di dalam benak, jiwa dan ingatannya dengan cepat. Jika ia dibiasakan untuk menjaga pandangannya dari aurat, disertai dengan rasa adanya selalu diawasi oleh Allah SWT, hal itu akan melahirkan kemanisan iman yang dapat dirasakan oleh anak.[34]














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa untuk bisa melahirkan peserta didik  yang menjadi teladan dalam bertindak dan berucap maka dalam setiap lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan agama, wajib menanamkan pendidikan islam seperti pendidkan akhlak, ibadah, akidah, sosial, akal dan seks yang telah dijelaskan di dalam hadis. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT.

B.     Saran
Kita sebagai umat muslim yang beriman, hendaklah mengikuti perintah yang diberikan Allah SWT dalam mengatur kehidupan kita, dan mengikuti contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah SAW.













           





[1] Gerakaninsanpenulis.blogspot.com.jumat,17 Februari 2017
[2] Zakiah Drajat.2000.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:PT Bumi Aksara.hal 25.Kamis,16 Februari 2017
[3]M.Arifin.1991.Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner.Jakarta:Bumi Aksara.hal 32.Kamis,16 Februari 2017
[4] Kompasiana.com.Jumat,17 Februari 2017
[5] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 38.Kamis,16 Februari 2017
[7] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 40-41.Kamis,16 Februari 2017
[8] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 41.Kamis,16 Februari 2017
[9] Nasiruddin Razak.1984.Dienul Islam.Bandung:al-ma’rif.hal 44. Jumat,17 Februari 2017
                                                                                                                             
[11] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 42.Kamis,16 Februari 2017
[12]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1994.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka.hal 15.Sabtu, 18 Februari 2017
[13]Raharjo,dkk.1999.Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer.IAIN Walisongo, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.hal 63. Sabtu, 18 Februari 2017
[14] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 43-44.Kamis,16 Februari 2017
[15] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 45.Kamis,16 Februari 2017            
[17] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 45-46.Kamis,16 Februari 2017
[18] Aip Syarifuddin dan Muhadi.1992.Pendidikan jasmani dan kesehatan.Jakarta:Dirjen Dikbud.ham 4.Sabtu, 18 Februari 2017
[19] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 49.Kamis,16 Februari 2017
[21] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 50.Kamis,16 Februari 2017
[23] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 51.Kamis,16 Februari 2017
[25] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 52.Kamis,16 Februari 201
[27] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 54.Kamis,16 Februari 2017
[28] Abdul Hamid A-hasyimi.2001.Mendidik Ala Rasulullah.Jakarta:Pustaka Azam.hal 17.Minggu, 19 Februari 2017
[30] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 57.Kamis,16 Februari 2017
[31] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 57.Kamis,16 Februari 2017
[32] Abdullah Nasih Ulwan.1989.Pendidikan Anak dalam Islam.Jakarta:Pustaka Amani.hal 281.Minggu, 19 Februari 2017
[33] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 57-61.Kamis,16 Februari 2017
[34] Bukhari Umar.2012.Hadis Tarbawi.Jakarta:Amzah.hal 61-66.Kamis,16 Februari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persamaan Differensial Orde 2

BAB I PENDAHULUAN A.     Pengantar Persamaan differensial orde 2 adalah persamaan yang dapat ditulis dalam bentuk : F(x, y, y’,...