BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kontak antara dunia Islam dengan dunia
Barat terjadi sejak awal lahirnya agama Islam sekitar abad XV M. Hal ini
ditandai dengan ekspansi yang dilakukan oleh umat Islam dan dapat merebut
wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Romawi pada masa itu. Ekspansi ke arah Barat
melalui Afrika Utara berhasil memasuki Eropa khususnya wilayah Spanyol. Dengan
masuknya Islam ke Spanyol merubah tatanan baru dan pencerahan terhadap bangsa
Eropa dengan sebuah peradaban baru yakni peradaban Islam yang dibawa oleh
bangsa Arab dan masuk melalui Spanyol. Karenanya sulit dipungkiri kemajuan
Eropa tidak bisa dilepaskan dari pemerintah Islam di Spanyol.
Keterpengaruhan Eropa pada peradaban
Islam, bukan saja pada bidang ilmu pengetahuan akan tetapi juga semangat untuk
hidup, sehingga keterpengaruhan itu bersifat menyeluruh.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana prestasi Arab dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi ?
2) Apa saja sumbangan ilmuan muslim dalam
perkembangan ilmu pengetahuan ?
3) Siapa saja tokoh-tokoh ilmuan muslim di
bidang matematika, kimia dan kedokteran ?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat oleh penulis untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Islam,Sains dan Peradaban” dan untuk menambah
wawasan bagi pembaca mengenai pengaruh peradaban Islam pada peradaban Eropa
melalui tokoh ilmuan muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prestasi Arab dalam Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
1) Kemajuan dalam bidang sains dan
teknologi
a. Kajian dalam bidang kedokteran
Dalam
hal penggunaan obat-obatan untuk penyembuhan, banyak kemajuan berarti yang
dilakukan orang Arab pada masa itu. Merekalah yang membangun apotek pertama,
mendirikan sekolah farmasi pertama dan menghasilkan buku daftar obat-obatan.
Mereka telah berhasil menulis beberapa risalah tentang obat-obatan yang dimulai
dengan risalah karya Jabir ibn Hayyan, yang dijuluki sebagai bapak kimia Arab
yang hidup sekitar 776 M. Pada masa awal pemerintahan al-Ma’mun dan
al-Mu’tashim, para ahli obat-obatan harus menjalani semacam ujian, para dokter
juga harus mengikuti tes. Semua dokter praktek harus mendapatkan sertifikat
atau lisensi dari pihak khalifah untuk menjamin setiap dokter yang dipandang
telah memberikan pelayanan yang memuaskan.
Pada
masa khalifah Harun al-Rasyid dibangunlah rumah sakit Islam pertama pada abad
ke-9 M, yang mengikuti model Persia. Tidak lama setelah itu, jumlah rumah sakit
diseluruh dunia islam bertambah menjadi 34 buah.
Yuhanna
ibn Musawayh adalah seorang dokter kristen dan sebagai murid Jibril ibn
Bakhtisyu, yang tidak berhasil memperoleh tubuh manusia untuk praktik
pembedahan karena adanya larangan dalam agama islam, dan akhirnya menggunakan
tubuh monyet, yang diantaranya didatangkan dari Nubia pada tahun 836 M sebagai
hadiah untuk al-Mu’tashim. Ditengah kondisi semacam itu, ilmu anatomi tubuh
hanya mengalami sedikit kemajuan, kecuali dalam kajian tentang struktur anatomi
mata. Karena cuaca panas seperti di Iraq, dan daerah islam lainnya sering
menyebabkan penyakit mata, maka fokus kedokteran paling awal diarahkan untuk
menangani penyakit itu.
b. Perkembangan filsafat islam
Bagi
orang arab, filsafat merupakan pengetahuan tentang kebenaran dalam arti yang
sebenarnya, sejauh hal itu dapat dipahami oleh pikiran manusia. Secara khusus
filsafat mereka berakar pada tradisi filsafat Yunani, yang di modifikasi dengan
pemikiran para penduduk di wilayah taklukan, serta pengaruh timur lainnya, yang
disesuaikan dengan nilai-nilai islam dan diungkapkan dalam bahasa arab. Sebagai
muslim, orang arab membedakan filsafat kedalam dua bagian, yaitu pertama
menerapkan kata filosof atau sufi yang berdasarkan kepada pemikiran spekulatif
yang tidak dibatasi oleh agama. Kedua, menerapkan istilah mutakallimun atau ahl
al-kalam (ahli bicara, ahli dialetika) pada orang-orang yang memposisikan
sistem pemikirannya di bawah ajaran agama samawi. Kalam perlahan-lahan berubah
maknanya menjadi teologi, dan mutakallimin akhirnya bersinonim dengan teolog.
Adapun nama-nama besar dalam beidang filsafat arab adalah al-Kindi, al-Farabi,
dan ibn Sina.
c. Perkembangan kajian ilmu astronomi dan
matematika
Perkembangan
ilmu astronomi dan matematika mulai berkembang pada masa pemerintahan
al-Ma’mun. Kajian tentang perbintangan dalam islam mulai dilakukan seiring
dengan masuknya pengaruh buku India, Siddanta (bahasa arab, sindhind) yang
dibawa ke Baghdad pada tahun 771 M, diterjemahkan oleh Muhammad ibn Ibrahim
al-Fazari, dan digunakan sebagai acuan oleh para sarjana pada masa selanjutnya.
Pada
awal abad ke-9 M, sebuah observasi rutin pertama dengan menggunakan peralatan
yang cukup akurat di lakukan di Jundaysabur (Persia sebelah barat daya).
Berdekatan dengan Bayt al-Hikmah, di pintu masuh Syammasiah Baghdad, al-Ma’mun
membangun sebuah observatorium dengan supervisor seorang Yahudi yang baru masuk
islam, Sind ibn ‘Ali dan Yahya ibn abi Mansur. Di observatorium itu para
astronom kerajaan tidak hanya mengamati dengan seksama dan sistematis berbagai
gerakan benda-benda langit, tetapi juga menguji semua unsur penting dalam
almagest dan menghasilkan amatan yang sangat akurat dalam mengukur sudut
ekliptik bumi, ketepatan lintasan matahari, panjang tahun matahari, dan
sebagainya. Al-Ma’mun membangun lagi sebuah observatorium di bukit Kasiyun di
luar Damaskus. Perangkat observasi pada masa itu terdiri atas busur 90 derajat,
astrolob, jarum penunjuk, dan bola dunia. Ibrahim al-Fazari adalah orang islam
pertama yang membuat astrolob yang meniru bentuk astrolob Yunani.
Muhammad
ibn Musa al-Khawarizmi adalah tokoh utama dalam kajian matematika arab. Sebagai
seorang pemikir islam terbesar, ia telah mempengaruhi pikiran dalam bidang
matematika. Disamping telah menyusun table astronomi tertua, al-Khawarizmi juga
menulis karya tentang aritmatika dan aljabar.
d. Perkembangan dalam bidang kimia
Setelah
ilmu kedokteran, astronomi dan matematika, orang-orang muslim pada masa daulah ‘Abbasiyah
telah memberikan konstribusi ilmiah terbesar dalam bidang kimia. Dalam ilmu
kimia dan ilmu pengetahuan fisika lainnya orang arab telah memperkenalkan
tradisi penelitian objektif, sebuah perbaikan penting terhadap pemikiran
spekulatif orang Yunani.
e. Perkembangan dalam kajian ilmu geografi
Kewajiban
melaksanakan ibadah haji, keharuskan menghadapkan mihrab masjid ke arah Mekkah,
dan penentuan arah kiblat ketika shalat telah memberikan nilai keagamaan kepada
orang islam dalam mempelajari geografi.
Perkembangan
geografi sehingga menjadi salah satu disiplin ilmu banyak dipengaruhi oleh
khazanah Yunani dalam bidang ini. Buku geography karya ptolemius, yang
menyebutkan berbagai tempat berikut garis bujur dan lintang buminya,
diterjemahkan beberapa kali ke dalam bahasa Arab langsung dari bahasa aslinya
atau dari terjemahannya dalam bahasa Suriah, terutama oleh Tsabit ibn Qurrah.
Dengan meniru buku itu, Khawarizmi menyusun karyanya, yang menjadi acuan
karya-karya berikutnya, dan berhasil membangkitkan semangat dalam pengembangan
ilmu geografi dan penulisan risalah geografis yang orisinil.
2) Kemajuan dalam bidang keagamaan
Perhatian
dan minat orang Arab Islam pada masa paling awal tertuju pada cabang keilmuan
yang lahir karena motif keagamaan. Kebutuhan untuk memahami dan menjelaskan
Al-qur’an, kemudian menjadi landasan kajian teologis dan linguistik yang
serius.
B. Sumbangan Ilmuan Muslim dalam
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Jika diteliti secara seksama,
peranan, jasa dan sumbangan Islam pada bangsa Eropa dapat dibagi menjadi dua
segi.
Pertama, umat Islam
menyelamatkan warisan kebudayaan klasik Yunani yang terancam akan kehilangan
dan kemusnahannya sehingga penyelidikan-penyelidikan ilmu pengetahuan yang
dilakukan oleh Aristoteles, Galenus, Ptolemious dan lainnya tidak hilang. Tugas
penyelamatan, pengembangan dan penyelidikan yang dilakukan sarjana-sarjana
Islam terhadap kebudayaan klasik Yunani itu tidak lebih kecil dari tugas
mencipta yang asli. Sebab kalau ilmu pengetahuan yang asli itu hilang maka
seperti yang dikatakan Hitti sarjana Barat asal Libanon itu, dunia akan tinggal
miskin seolah-olah ilmu pengetahuan itu tidak pernah ada.
Kedua, umat Islam berjasa
dalam mengolah dan mengembangkan kebudayaan klasik Yunani dengan penambahan
unsur-unsur baru; ia kemudian menjadi sumbangan besar bagi Eropa sehingga benua
ini memasuki babak baru dengan munculnya renaissance.
Penyelamatan inilah yang kemudian menjadi dasar bagi perkembangan kegiatan
ilmiah dalam peradaban Islam.
Tidak dapat dipungkiri memang
banyak sekali sumbangan dan jasa umat Islam bagi kebangkitan dan kebangunan
kebudayaan Barat, baik dilapangan Kedokteran, filsafat, ilmu pasti, kimia
astronomi, seni sastra dan sebagainya. Jasa dan sumbangan Islam inilah yang
menjadi dasar bagi munculnya masa renaissance., di Eropa pada abad 16, sehingga Eropa
terbangun dari kegelapan dan kelelapan tidurnya. Karena begitu banyaknya
sumbangan Islam kepada kebudayaan Eropa, maka banyaklah istilah-istilah yang
berasal dari kebudayaan Islam yang sekaligus sebagai bukti nyata peninggalan
dan jasa umat Islam kepada dunia Barat. Seperti nama-nama binatang dalam bahasa
Latin-Eropa berpangkal dari bahasa Arab.
Peradaban
Islam telah memberi kontribusi besar dalam berbagai bidang khususnya bagi dunia
Barat yang saat ini diyakini sebagai pusat peradaban dunia. Kontribusi besar
tersebut antara lain :
a)
Sepanjang abad ke-12 dan sebagian abad ke-13,
karya-karya kaum Muslim dalam bidang filsafat, sains, dan sebagainya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari Spanyol. Penerjemahan ini
sungguh telah memperkaya kurikulum pendidikan dunia Barat.
b)
Kaum muslimin telah memberi sumbangan eksperimental
mengenai metode dan teori sains ke dunia Barat.
c)
Sistem notasi dan desimal Arab dalam waktu yang sama
telah dikenalkan ke dunia barat.
d)
Karya-karya dalam bentuk terjemahan, kususnya karya
Ibnu Sina (Avicenna) dalam bidang kedokteran, digunakan sebagai teks di lembaga
pendidikan tinggi sampai pertengahan abad ke-17 M.
e)
Para ilmuwan muslim dengan berbagai karyanya telah
merangsang kebangkitan Eropa, memperkaya dengan kebudayaan Romawi kuno serta
literatur klasik yang pada gilirannya melahirkan Renaisance.
f)
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah didirikan
jauh sebelum Eropa bangkit dalam bentuk ratusan madrasah adalah pendahulu
universitas yang ada di Eropa.
g)
Sarjana-sarjana Eropa belajar di berbagai lembaga
pendidikan tinggi Islam dan mentransfer ilmu pengetahuan ke dunia Barat.
h)
Para ilmuwan Muslim telah menyumbangkan pengetahuan
tenta.ng rumah sakit, sanitasi, dan makanan kepada Eropa
Pada kondisi-kondisi
tersebut, terutama pada abad ke-11 dan ke-12, walaupun tradisi Islam yang
diboyong ke Barat masih belum terjadi pemisahan yang jelas antara ilmu-ilmu
yang ada dan ketika itu ilmu kalam, filsafat, tasawuf, ilmu alam, matematika,
dan ilmu kedokteran masih bercampur. Akan tetapi Islam telah mampu mendamaikan
akal dengan iman dan filsafat dengan agama. Sedangkan bangsa Barat pada
masa itu masih terdapat stereotipe yang memisahkan antara akal dan iman serta
filsafat dan agama. Hal ini juga terjadi pada ilmu pengetahuan dan ilmu alam,
yang mana Islam telah berjasa menyatukan akal dengan alam, menetapkan
kemandirian akal, menetapkan keberadaan hukum alam yang pasti, dan keserasian
Tuhan dengan alam.
Hingga
akhirnya filsafat skolastik Barat mencapai puncaknya yang telah didukung oleh
adanya pilar Islam dengan dibangunnya akademi-akademi di Eropa yang diadopsi
dari gaya akademi di kawasan Timur. Hal ini merupakan evolusi dari illuminisme
biara ke kegiatan pemikiran yang dialihkan kesekolahan dan akademi. Dan
kurikulum yang diajarkan adalah filsafat lama, dan ilmu-ilmu Islam terutama
Averoisme Paris. Pada saat yang sama terjadi perubahan kecenderungan pemikiran
dari kesenian dan kasusatraan ke gramatika dan logika, dari retorika ke
filsafat dan pemikiran, dan dari paganisme kesusastraan Latin ke penyucian
Tuhan sebagai pemikiran Islam.
Demikianlah
sumbangan besar Islam atas peradaban dunia Barat, yang selanjutnya jusru
dijadikan sebagai pusat peradaban dunia pada saat ini. Hal ini dikarenakan
kekonsistensian dunia Barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologinya. Bahkan karya-karya besar para ilmuwan Muslim tersebut hingga kini
masih dapat kita temukan di perpustakaan-perpustakaan internasional, khususnya
di Amerika, yang secara profesional dan rapi telah menyimpannya. Sehingga para umat Muslim di masa
kini, yang ingin mempelajari lebih banyak tentang khasanah Islam tersebut,
harus pergi ke negara Barat (non Islam) agar dapat meminta kembali “permata”
yang sementara ini telah mereka pinjam.
C. Tokoh-Tokoh Ilmuan Muslim di Bidang
Matematika, Kimia dan Kedokteran
ü Tokoh-Tokoh Ilmuan Muslim di Bidang
Matematika :
1.
Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi (Khawarizm,Uzbekistan, 194 H/780
M-Baghdad, 266 H/850 M). Ilmuwan muslim, ahli di bidang ilmu matematika, astronomi,
dan geografi. Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
dan di barat ia lebih dikenal dengan nama Algoarisme atau Algorisme.
Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab, termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi.
Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab, termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi.
2.
Al-Karaji
Sejarawan sains modern memandang al-Karaji sebagai
ahli matematika berkaliber tertinggi. Karyanya yang kekal pada bidang
matematika masih diakui hingga hari ini, yakni mengenai kanonik tabel koefisien
binomium (dalam pembentukan hukum dan perluasan bentuk).
Al-Karaji dianggap sebagai ahli matematika terkemuka
dan pandang sebagai orang pertama yang membebaskan aljabar dari operasi
geometris yang merupakan produk aritmatika Yunani dan menggantinya dengan jenis
operasi yang merupakan inti dari aljabar pada saat ini.
Karyanya pada aljabar dan polynomial memberikan aturan
pada operasi aritmatika untuk memanipulasi polynomial. Dalam karya pertamanya
di Prancis, sejarawan matematika Franz Woepcke (dalam Extrait du Fakhri, traite
d’Algèbre par abou Bekr Mohammed Ben Alhacan Alkarkhi, Paris, 1853), memuji
Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama di dunia yang memperkenalkan teori
aljabar kalkulus
Al-Karaji menginvestigasikan koefisien binomium
segitiga Pascal. Dia juga yang pertama menggunakan metode pembuktian dengan
induksi matematika untuk membuktikan hasilnya, ia berhasil membuktikan
kebenaran rumus jumlah integral kubus, yang sangat penting hasilnya dalam
integral kalkulus.
3. Al-Batani
Zaman keemasan Islam juga melahirkan pakar-pakar di
bidang trigonometri. Mereka antara lain adalah Al-Battani (850-929), Al-Biruni
(973-1050), dan Umar Khayyam. Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu
Abdullah dikenal sebagai bapak trigonometri. Ia lahir di Battan, Mesopotamia,
dan meninggal di Damaskus pada tahun 929. Al-Battani adalah tokoh bangsa Arab
dan gubernur Syria.
Al-Batani merupakan astronom Muslim terbesar dan ahli
matematika.
Al-Battani melahirkan trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang pertama yang menyusun tabel cotangen.
Al-Battani melahirkan trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang pertama yang menyusun tabel cotangen.
4.
Al-Biruni
Al-Biruni adalah peletak dasar-dasar trigonometri
modern. Dia seorang filsuf, ahli geografi, astronom, ahli fisika, dan pakar
matematika. Enam ratus tahun sebelum Galgeo, Al-Biruni telah membahas
teori-teori perputaran (rotasi) bumi pada porosnya.
Al-Biruni juga memperkenalkan pengukuran-pengujuran geodesi dan menentukan keliling bumi dengan cara yeng lebih akurat. Dengan bantuan matematika, dia dapat menentukan arah kiblat dari berbagai macam tempat di dunia.
Al-Biruni juga memperkenalkan pengukuran-pengujuran geodesi dan menentukan keliling bumi dengan cara yeng lebih akurat. Dengan bantuan matematika, dia dapat menentukan arah kiblat dari berbagai macam tempat di dunia.
5.
Umar Khayam
Selain itu, tokoh matematika lain yang tak kalah
terkenal adalah Umar Khayyam. Kendati ia lebih dikenal sebagai seorang penyair,
namun Umar Khayyam memiliki kontribusi besar dalam bidang matematika, terutama
dalam bidang aljabar dan trigonometri. Ia merupakan matematikawan pertama yang
menemukan metode umum penguraian akar-akar bilangan tingkat tinggi dalam
aljabar, dan memperkenalkan solusi persamaan kubus.
6. Abu Wafa al Bawzajani
Salah seorang ahli matematika muslim terbesar.. Ia
dikenal sebagai ahli astronomi dan pengembang trigonometri (ilmu ukur sudut),
dan orang yang pertama yang mengajukan beberapa rumus penting dalam
trigonometri. Salah satu rumus yang didedikasikan kepadanya adalah Cos C= Cos
a.cos b.
ü Tokoh-Tokoh Ilmuan Muslim di Bidang
Kimia dan Kedokteran :
a) Al-Razi
(guru Ibnu Sina)
Berkarya dibidang kimia dan kedokteran,
menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke
dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At
Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya
penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di
seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan
antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku
mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu
Sina.
b) Ibnu
Al-Baitar
Lewat risalahnya yang
berjudul Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan dan Obat-obatan yang Sederhana),
Ibnu Al-Baitar turut memberi kontribusi dalam farmakologi dan farmasi. Dalam
kitabnya itu, Al-Baitar mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat yang berhasil
dikumpulkannya di sepanjang pantai Mediterania antara Spanyol dan Suriah. Tak
kurang dari seribu tanaman obat dipaparkannya dalam kitab itu. Seribu lebih
tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke-13 M itu berbeda dengan tanaman
yang telah ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya. Tak heran bila kemudian
Al-Jami fi Al-Tibb menjadi teks berbahasa Arab terbaik yang berkaitan dengan
botani pengobatan. Capaian yang berhasil ditorehkan Al-Baitar sungguh mampu
melampaui prestasi Dioscorides. Kitabnya masih tetap digunakan sampai masa
Renaisans di Eropa.
c)
Abu Ar-Rayhan Al-Biruni
Al-Biruni mengenyam
pendidikan di Khwarizm. Beragam ilmu pengetahuan dikuasainya seperti astronomi,
matematika, filsafat dan ilmu alam. Ia memulai melakukan eksperimen ilmiah
sejak remaja. Ilmuwan Muslim yang hidup di zaman keemasan Dinasti Samaniyaah
dan Ghaznawiyyah itu turut memberi kontribusi yang sangat penting dalam
farmakologi dan farmasi. Melalui kitab As-Sydanah fit-Tibb, Al-Biruni mengupas
secara lugas dan jelas mengenai seluk-beluk ilmu farmasi. Kitab penting bagi
perkembangan farmakologi dan farmasi itu diselesaikannya pada tahun 1050 M -
setahun sebelum Al-Biruni tutup usia. Dalam kitab itu, Al-Biruni tak hanya
mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga meneguhkan peran farmasi serta tugas
dan fungsi yang diemban seorang farmakolog.
d) Abu Ja’far Al-Ghafiqi
Ilmuwan Muslim yang satu
ini juga turut memberi kontribusi dalam pengembangan farmakologi dan farmasi.
Sumbangan Al-Ghafiqi untuk memajukan ilmu tentang komposisi, dosis, meracik dan
menyimpan obat-obatan dituliskannya dalam kitab Al-Jami' Al-Adwiyyah
Al-Mufradah. Risalah itu memaparkan tentang pendekatan dalam metodelogi,
eksperimen, serta observasi.
e) Jabir Ibnu Hayyan
Ibn Hayyan (731-815) yang
namanya Jabir dikenal dengan bentuklatinnya Geber di Eropa adalah filosof dan
ahli logika, yang bekerja di bidang fisika dan kedokteran, namun karya utamanya
ada di bidang kimia. Ia mahir dalam kristalisasi,sublimasi, distilasi, kalsinasi
dan sebagainya. Ia berhasil dalammembuat berbagai jenis asam. Ia adalah seorang
sufi, pengikut Jafar Ash Shodiq.Hebatnya lagi, penemuan dan eksperimennya yang
telah berumur 13 abad itu ternyata hingga kini masih tetap dijadikan rujukan.
Dedikasinya dalam pengembangan ilmu kimia sungguh tak ternilai harganya.
Tanpa kontribusinya, boleh
jadi ilmu kimia tak berkembang pesat seperti saat ini. Ilmu pengetahuan modern
sungguh telah berutang budi kepada Jabir yang dikenal sebagai seorang sufi itu.
Jabir telah menorehkan sederet karyanya dalam 200 kitab. Sebanyak 80 kitab yang
ditulisnya itu mengkaji dan mengupas seluk-beluk ilmu kimia. Sebuah pencapaian
yang terbilang amat prestisius.
f) Ibnu Sina
Ia dilahirkan di lembah sungai Dajlah dan Furat, di
tepi laut Kaspia kawasan Bukhara, Afghanistan. Di Dunia barat ia lebih dikenal
dengan nama Avicenna. Ia belajar mulai usia dini, sehingga umur 10 tahun telah
menguasai ilmu agama dan hafal Al qur'an.
Disamping itu ia juga menguasai ilmu mantiq, ilmu fiqyh dan menguasai segala cabang ilmu pengetahuan yang ada waktu itu. Ketika usia 17 tahun Ibnu Sina sudah memahami seluruh teori kedokteran melebihi siapapun. Ibnu Sina terkenal sebagai seorang otodidak yang handal. Dalam waktu yang relatif singkat yaitu satu setengah tahun Ibnu Sina telah menguasai ilmu kedokteran tanpa bimbingan dari siapapun. Oleh karena itu dalam dunia kedokteran dinobatkan sebagai Father of Doctors (bapak kedokteran). Pada usia 21 tahun ia berhasil menulis karya-karya besar tentang pengobatan dan filsafat. Buykunya yang terkenal adalah kitab Al Qonun fit Thibb (dasar-dasar ilmu kedokteran) yang menjadi rujukan utama dunia kedokteran. Buku tersebut sejak zaman Dinasti Han telah menjadi standar pemikiran dan karya medis di Cina.
Disamping itu ia juga menguasai ilmu mantiq, ilmu fiqyh dan menguasai segala cabang ilmu pengetahuan yang ada waktu itu. Ketika usia 17 tahun Ibnu Sina sudah memahami seluruh teori kedokteran melebihi siapapun. Ibnu Sina terkenal sebagai seorang otodidak yang handal. Dalam waktu yang relatif singkat yaitu satu setengah tahun Ibnu Sina telah menguasai ilmu kedokteran tanpa bimbingan dari siapapun. Oleh karena itu dalam dunia kedokteran dinobatkan sebagai Father of Doctors (bapak kedokteran). Pada usia 21 tahun ia berhasil menulis karya-karya besar tentang pengobatan dan filsafat. Buykunya yang terkenal adalah kitab Al Qonun fit Thibb (dasar-dasar ilmu kedokteran) yang menjadi rujukan utama dunia kedokteran. Buku tersebut sejak zaman Dinasti Han telah menjadi standar pemikiran dan karya medis di Cina.
g)
Ibnu an-Nafis (Konsep Sirkulasi
Pernafasan)
Ibnu Nafis nama lengkapnya adalah Alauddin
Abul ala Ali bin Abil Haram Al Khurasy Ad Dimasyqi Ibnu Nafis. Ibnu Nafis
adalag seorang dokter yang terkemuka dan seorang penulis serba bisa pada abad
ke 7H/13M. Bahkan ia dijuluki sebagai Ibnu kedua. Karya-karyanya yang terkenal
di antaranya adalah : KITAB ASY SYAMIL FIT THIBB, AL
MUHAZZAB FIT KUHL, MUJIZ AL QONUN.
Pendapat yang diyakini selama ini, teori
mengenai sirkulasi paru-paru (kaitan antara pernafasan dan peredaran darah) ditemukan
oleh ilmuwan eropa mulai abad ke 16.
Penggiatnya berturut-turut ialah servetus, Vesalius,
Colombo, dan terakhir Sir William Harvey dari Inggris. Namun dengan meneliti
berbagai manuskrip dan objek sejarah lain maka kejelasan diungkapkan bahwa
penemu sirkulasi paru – paru adalah Ibnu an-Nafis pada abad ke 13.
Dr. Muhyo al-Deen al-Tawi, psikawan mesir menemukan
sebuah tulisan berjudul"Commentary on The Anatomy of Canon of Avicenna"
di perpustakaan nasional prussia, berlin. Belakangan diketahui bahwa tulisan
itu karya Ibnu an-Nafis. Ini juga mengungkap sesuatu yang mengejutkan, yaitu
diskripsi pertama di dunia mengenai sirkulasi paru – paru.
h)
Al-Balkhi (Perintis Pengobatan Penyakit
Jiwa)
Jauh sebelum barat mengenal metode
penyembuhan penyakit jiwa dan tempat perawatannya, pada abad ke 8 M. Di kota
baghdad telah didirikan rumah sakit jiwa atau insane asylums oleh para dokter
dan psikolog islam. Hal itu disampaikan oleh Ibrahim B. PhD. Dalam bukunya yang
berjudul: “Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times”.
Konsep kesehatan mental atau at-Tibb
ar-Ruhani pertama kali diperkenalkan di dunia kedokteran Islam oleh seorang
dokter persia bernama Abu Zayd Ahmad Ibnu Sahl al-Balkhi, beliau lahir pada tahun 850
dan wafat pada tahun 934.
Dalam bukunya berjudul “Masalih al-Abdan wa an-Anfus”, Al-Balkhi berhasil menghubungkan peyakit antara tubuh dan jiwa.
Beliau menggunakan istilah ath-Thibb ar-Ruhani untuk menjelaskan kesehatan
spritual dan psikologi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tidak dapat dipungkiri memang banyak
sekali sumbangan dan jasa umat Islam bagi kebangkitan dan kebangunan kebudayaan
Barat, baik dilapangan Kedokteran, filsafat, ilmu pasti, kimia astronomi, seni
sastra dan sebagainya. Jasa dan sumbangan Islam inilah yang menjadi dasar bagi
munculnya masa renaissance., di
Eropa pada abad 16, sehingga Eropa terbangun dari kegelapan dan kelelapan
tidurnya. Karena begitu banyaknya sumbangan Islam kepada kebudayaan Eropa, maka
banyaklah istilah-istilah yang berasal dari kebudayaan Islam yang sekaligus
sebagai bukti nyata peninggalan dan jasa umat Islam kepada dunia Barat. Seperti
nama-nama binatang dalam bahasa Latin-Eropa berpangkal dari bahasa Arab.
B.
Saran
Sebagai
umat muslim, hendaklah kita tetap mempelajari sejarah peradaban islam agar kita
tahu bahwa sesungguhnya umat islam lah yang banyak menyumbangkan ilmu-ilmu yang
membuat kehidupan sekarang menjadi baik. Walaupun kita tahu bahwa ilmuan-ilmuan
muslim banyak ditutupi oleh ilmuan Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar