MENGEKSPLORASI MOTIVASI
A.
Pengertian
Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan,
mengarahkan dan mempertahankan perilaku, motivasi membuat siswa bergerak,
menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus
bergerak. Kita sering melihat motivasi siswa tercermin dalam investasi pribadi
dan dalam keterlibatan kognitif, emosional dan perilaku diberbagai aktivitas
sekolah.[1]
Henson menjelaskan bahwa motivasi adalah satu dari
banyak karakter manusia yang mempengaruhi prilaku siswa dan motivasi berkaitan
dengan karakterisitk lain yang ada pada siswa
yaitu keingintahuan, konsep diri dan nilai. Ada juga yang berpendapat
bahwa Motivasi adalah alasan mengapa orang
bersikap dengan cara yang mereka lakukan. Motivasi ialah proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.[2]
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia yang tidak
terpuaskan merupakan dasar dari motivasi melakukan berbagai kegiatan. Apabila
suatu kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi maka manusia akan melakukan
usaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Maslow terdapat
kebutuhan yang bersifat umum, yaitu kebutuhan fisiologis atau kebutuhan untuk
bertahan hidup, kebutuhan keamanan, kebutuhan terhadap kasih sayang, dan
kebutuhan untuk dihargai. Apabila kebutuhan umum tadi sudah terpenuhi maka
kebutuhan yang lebih tinggi bisa dipenuhi oleh manusia tersebut, yaitu
kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya atau self actualization (being
needs).
Menurut Vroom
motivasi adalah hasil interaksi dari tiga faktor yaitu:
1.
Seberapa besar orang menginginkan imbalan (valensi).
2.
Perbuatan atau usaha yang akan menghasilkan apa (harapan).
3.
Perkiraan bahwa prestasi akan menghasilkan perolahan (instrumentalitas).
Sebagai acuannya adalah tingkat kepuasan yang dicapai
individu dalam suatu pekerjaan yang dapat dijadikan prediksi apakah
individu akan tetap berkerja atau akan meniggalkan pekerjaan itu.[3]
B. Perspektif Tentang Motivasi
1)
Perspektif Behavioral
Perspektif
behavioral menekankan pada pemberian imbalan dan hukuman eksternal sebagai
kunci dalam menentukan motivasi murid. Salah satu imbalan yang diberikan kepada
murid yaitu insentif yang merupakan proses atau stimulasi positif atau negatif
yang dapat memotivasi murid. Insentif yang diberikan kepada murid diantaranya
adalah memberi nilai baik, memberi tanda bintang atau pujian ketika murid mampu
mneyelesaikan tugas dengan baik, memberi penghargaan berbentuk sertifikat
prestasi atau hadiah, dan memeberi izin kepada murid untuk melakukan hal yang
spesial seperti diberi jam istirahat lebih banyak sebagai ganjaran atas hasil
mereka yang baik.
2)
Perspektif humanistis
Perspektif humanis menekankan pada kapasitas murid
untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk menentukan nasib mereka.
Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan
dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih
tinggi.[4] Menurut
hirarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai
berikut :
1.
Fisiologis lapar, haus, tidur.
2.
Keamanan.
3.
Cinta dan rasa memiliki.
4.
Harga diri, menghargai diri sendiri.
5.
Aktualisasi diri. Aktualisasi diri
adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia .
Maslow memandang
bahwa aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang rendah telah
terpenuhi, dan kebanyakan orang berhenti menjadi dewasa setelah mereka
mengembangakan level harga diri yang tinggi sehingga tak pernah sampai ke level
puncak yaitu aktualisasi diri.
3)
Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif,
pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar
pada motivasi menurut perspektif kognitif Pintrich dan Schunk, menganggap bahwa
minat murid berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk
mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan
kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor utama dalam prestasi),
dan keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Perspsektif kognitif tentang
motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White yang mengusulkan konsep motivasi
kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan
mereka secara efektif, menguasai dunia pendidikan, dan memproses informasi
secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan
karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang memiliki motivasi
internal untuk berinteraksi dengan lingkungungan secara efektif.
4)
Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau ketergantungan
adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan
pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan
akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motovasi mereka untuk
menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang
tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Murid sekolah yang memiliki
hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik
yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1999, Stipek 2002). Dalam
sebuah studi berskala luas, salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan
prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan
guru bersifat positif atau tidak (Mc Comb, 2001; Combs & Quiat,2001). Dalam
studi lain, nilai matematika menigkat dikalangan murid sekolah menengah apabila
mereka punya guru yang mereka anggap sangat suportif (Eccles, 1993).[5]
C. Pengaruh Motivasi dalam Pembelajaran dan Perilaku
Motivasi memiliki beberapa pengaruh
terhadap pembelajaran dan perilaku siswa, yaitu :
1.
Motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu, ahli teori kognitif social menyatakan bahwa
orang-orang menerapkan tujuan untuk diri mereka sendiri dan mengarahkan
perilaku mereka. Motivasi menentukan tujuan-tujuan spesifik yang menjadi arah
usaha siswa. Jadi motivasi mempengaruhi pilihan yang dibuat siswa. Misalnya,
apakah akan mendaftar di kelas fisika atau studio seni, apakah akan
menghabiskan malam hari untuk menyelesaikan tugas PR yang sulit atau bermain
video game dengan teman-teman.
2.
Motivasi Meningkatkan Usaha dan Energi, motivasi meningkatkan jumlah usaha energy yang
dikeluarkan siswa diberbagai aktivitas yang secara langsung berkaitan dengan
kebutuhan dan tujuan mereka. Motivasi menentukkan apakah mereka mengejar suatu
tugas secara antusias dan sepenuh hati atau secara apatis dan malas-malasan.
3.
Motivasi Meningkatkan Prakarsa (inisiasi) dan
Kegigihan Terhadap Berbagai Aktifitas, siswa lebih cenderung memulai suatu tugas yang benar-benar mereka inginkan.
Mereka juga lebih cenderung melanjutkan pekerjaan yang diinginkan sampai mereka
menyelesaikannya meskipun terkadang diganggu atau merasa frustasi selama
mengerjakannya.
4.
Motivasi Mempengaruhi Proses-Proses Kognitif, motivasi mempengaruhi apa yang diperhatikan oleh
siswa dan seberapa efektif mereka memprosesnya. Misalnya, para siswa yang
termotivasi sering berusaha secara bersama-sama untuk benar-benar memahami
materi di kelas, mempelajarinya secara bermakna, dan mempertimbangkan bagaimana
mereka dapat menggunakan materi yang telah mereka pelajari itu dalam kehidupan
sehari-hari.
5.
Motivasi Menentukan Konsekuensi Mana yang Memberi
Penguatan dan Menghukum, semakin besar motivasi siswa mencapai kesuksesan akademik, semakin besar
kecenderungan mereka untuk bangga terhadap nilai A atau kecewa dengan nilai
rendah.
6.
Motivasi Sering Meningkatkan Performa, karena pengaruh-pengaruh lain yang baru saja
diidentifikasi-perilaku yang terarah pada tujuan, usaha dan energi, prakarsa
dan kegigihan, pemrosesan kognitif dan dampak konsekuensi-motivasi sering
menghasilkan peningkatan performa. Seperti yang mungkin telah anda duga, siswa
yang paling termotivasi untuk belajar dan unggul di berbagai aktifitas kelas
cenderung menjadi siswa yang paling sukses.[6]
D. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut De Cee dan Grawford
(1974) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara
pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu
1. Menggairahkan Anak Didik
Salah satu tugas seorang
guru adalah memelihara minat anak didik dalam belajar, dengan menghindari
pembelajaran yang monoton dan membosankan. Dengan memberi kebebasan tertentu
kepada murid untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam
situasi belajar. Mungkin dengan memandang suatu gagasan dari sudut pandang lain
yang lebih nyata dengan mencontohkan dalam perilaku kehidupan.
2. Memberi Harapan
Realistis
Guru harus memelihara
harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang
kurang atau tidak relaistis.sehingga setiap guru dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang cukup. Dengan demikian guru dapat membedakan antara
harapan-harapan yang realistis, pesimistis atau terlalu optimis. Bila anak
didik telah banyak mengalami kegagalan maka guru harus memberikan sebanyak
mungkin keberhasilan kepada anak didik yang sifatnya terjangkau dan dengan
pertimbangan yang matang.
3. Memberi Insentif
Bila anak didik mengalami
keberhasilan, guru diharapkan mampu memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa
pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak
didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan
pengajaran.
4. Mengarahkan
Prilaku Anak Didik
Setiap guru dituntut untuk
memberikan respon terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan
belajar di kelas. Anak didik yang diam, yang membuat keributan, yang bebricara
semaunya dan sebagainya, harus diberikan teguran secar arif dan bijaksana. Jadi
cara yang baik dalam mengarahkan anak didik adalah dengan memberikan penugasan,
bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap
lemah lembut, dan dengan perkataan yang ramah dan baik. Hal yang sering
dilakukan seroang guru maupun khalayak umum adalah menjuluki seseorang dengan
gelar yang tidak baik padahal itu sangat tidak manusiawi.[7]
E. Fungsi Motivasi
Semakin berharga tujuan itu
bagi yang bersangkutan makin kuat pula motifnya, jadi motif atau motivasi itu
sangat berguna bagi tindakan seseorang. Fungsi dari motivasi adalah sebagai
berikut:
1. Motif itu
mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motif itu berfungsi sebagai
penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang
untuk melakukan.
2. Motif itu
menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau
cita-cita.
3. Motif itu
menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang
harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampaikan
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. Dalam percakapan sehari-hari
motif itu dinyatakan dengan berbagai kata, seperti; hasrat, maksud, minat,
tekad, kemauan,dorongan, kebutuhan, kehendak, cita-cita, kehausan, dan lain
sebagainya.[8]
DAFTAR PUSTAKA
Ormrod
, Jeanne Ellis, 2008, Psikologi
Pendidikan, Jakarta:Erlangga
Jamaris
Martini, Orientasi Baru Dalam Psikologi
Pendidikan, Bogor: Ghalia Indonesia
Santrock
John W., Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Kencana
Djamarah
Syaiful Bahri, Psikologi Belajar
cetakan ketiga, Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto
M. Ngalim, Psikologi Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
[1]
Jeanne Ellis Ormrod, 2008, Psikologi
Pendidikan, Jakarta:Erlangga, hal 58
[2] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, hal 414
[3] Martini
Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi
Pendidikan, Bogor: Ghalia Indonesia, hal 172-177
[4] John
W. Santrock, Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Kencana, hal 510-511
[5] John
W. Santrock, Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Kencana, hal 512-513
[6]
Jeanne Ellis Ormrod, 2008, Psikologi
Pendidikan, Jakarta:Erlangga, hal 58-59
[7] Syaiful
Bahri Djamarah, Psikologi Belajar
cetakan ketiga, Jakarta: Rineka Cipta, hal 168-170
[8] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hal 70-71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar