Senin, 02 Oktober 2017

MENGEKSPLORASI MOTIVASI, PSIKOLOGI PENDIDIKAN

MENGEKSPLORASI MOTIVASI

A.    Pengertian Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan, mengarahkan dan mempertahankan perilaku, motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak. Kita sering melihat motivasi siswa tercermin dalam investasi pribadi dan dalam keterlibatan kognitif, emosional dan perilaku diberbagai aktivitas sekolah.[1]
Henson menjelaskan bahwa motivasi adalah satu dari banyak karakter manusia yang mempengaruhi prilaku siswa dan motivasi berkaitan dengan karakterisitk lain yang ada pada siswa  yaitu keingintahuan, konsep diri dan nilai. Ada juga yang berpendapat bahwa Motivasi adalah alasan mengapa orang  bersikap dengan cara yang mereka lakukan. Motivasi ialah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.[2]
 Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan merupakan dasar dari motivasi melakukan berbagai kegiatan. Apabila suatu kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi maka manusia akan melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Maslow terdapat kebutuhan yang bersifat umum, yaitu kebutuhan fisiologis atau kebutuhan untuk bertahan hidup, kebutuhan keamanan, kebutuhan terhadap kasih sayang, dan kebutuhan untuk dihargai. Apabila kebutuhan umum tadi sudah terpenuhi maka kebutuhan yang lebih tinggi bisa dipenuhi oleh manusia tersebut, yaitu kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya atau self actualization (being needs).
Menurut Vroom motivasi adalah hasil interaksi dari tiga faktor yaitu:
1.      Seberapa besar orang menginginkan imbalan (valensi).
2.      Perbuatan atau usaha yang akan menghasilkan apa (harapan).
3.      Perkiraan bahwa prestasi akan menghasilkan perolahan (instrumentalitas).
Sebagai acuannya adalah tingkat kepuasan yang dicapai individu dalam suatu pekerjaan yang dapat dijadikan prediksi apakah individu akan tetap berkerja atau akan meniggalkan pekerjaan itu.[3]

B.     Perspektif Tentang Motivasi
1)      Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan pada pemberian imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Salah satu imbalan yang diberikan kepada murid yaitu insentif yang merupakan proses atau stimulasi positif atau negatif yang dapat memotivasi murid. Insentif yang diberikan kepada murid diantaranya adalah memberi nilai baik, memberi tanda bintang atau pujian ketika murid mampu mneyelesaikan tugas dengan baik, memberi penghargaan berbentuk sertifikat prestasi atau hadiah, dan memeberi izin kepada murid untuk melakukan hal yang spesial seperti diberi jam istirahat lebih banyak sebagai ganjaran atas hasil mereka yang baik.
2)      Perspektif humanistis
Perspektif humanis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk menentukan nasib mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.[4] Menurut hirarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut :
1.      Fisiologis lapar, haus, tidur.
2.      Keamanan.
3.      Cinta dan rasa memiliki.
4.      Harga diri, menghargai diri sendiri.
5.      Aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia .
Maslow memandang bahwa aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan yang rendah telah terpenuhi, dan kebanyakan orang berhenti menjadi dewasa setelah mereka mengembangakan level harga diri yang tinggi sehingga tak pernah sampai ke level puncak yaitu aktualisasi diri.
3)      Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif Pintrich dan Schunk, menganggap bahwa minat murid berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor utama dalam prestasi), dan keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Perspsektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia pendidikan, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena  kebutuhan biologis, tetapi karena orang memiliki motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungungan secara efektif.
4)      Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau ketergantungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motovasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Murid sekolah yang memiliki hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1999, Stipek 2002). Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak (Mc Comb, 2001; Combs & Quiat,2001). Dalam studi lain, nilai matematika menigkat dikalangan murid sekolah menengah apabila mereka punya guru yang mereka anggap sangat suportif (Eccles, 1993).[5]

C.    Pengaruh Motivasi dalam Pembelajaran dan Perilaku
Motivasi memiliki beberapa pengaruh terhadap pembelajaran dan perilaku siswa, yaitu :
1.      Motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu, ahli teori kognitif social menyatakan bahwa orang-orang menerapkan tujuan untuk diri mereka sendiri dan mengarahkan perilaku mereka. Motivasi menentukan tujuan-tujuan spesifik yang menjadi arah usaha siswa. Jadi motivasi mempengaruhi pilihan yang dibuat siswa. Misalnya, apakah akan mendaftar di kelas fisika atau studio seni, apakah akan menghabiskan malam hari untuk menyelesaikan tugas PR yang sulit atau bermain video game dengan teman-teman.
2.      Motivasi Meningkatkan Usaha dan Energi, motivasi meningkatkan jumlah usaha energy yang dikeluarkan siswa diberbagai aktivitas yang secara langsung berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan mereka. Motivasi menentukkan apakah mereka mengejar suatu tugas secara antusias dan sepenuh hati atau secara apatis dan malas-malasan.
3.      Motivasi Meningkatkan Prakarsa (inisiasi) dan Kegigihan Terhadap Berbagai Aktifitas, siswa lebih cenderung memulai suatu tugas yang benar-benar mereka inginkan. Mereka juga lebih cenderung melanjutkan pekerjaan yang diinginkan sampai mereka menyelesaikannya meskipun terkadang diganggu atau merasa frustasi selama mengerjakannya.
4.      Motivasi Mempengaruhi Proses-Proses Kognitif, motivasi mempengaruhi apa yang diperhatikan oleh siswa dan seberapa efektif mereka memprosesnya. Misalnya, para siswa yang termotivasi sering berusaha secara bersama-sama untuk benar-benar memahami materi di kelas, mempelajarinya secara bermakna, dan mempertimbangkan bagaimana mereka dapat menggunakan materi yang telah mereka pelajari itu dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Motivasi Menentukan Konsekuensi Mana yang Memberi Penguatan dan Menghukum, semakin besar motivasi siswa mencapai kesuksesan akademik, semakin besar kecenderungan mereka untuk bangga terhadap nilai A atau kecewa dengan nilai rendah.
6.      Motivasi Sering Meningkatkan Performa, karena pengaruh-pengaruh lain yang baru saja diidentifikasi-perilaku yang terarah pada tujuan, usaha dan energi, prakarsa dan kegigihan, pemrosesan kognitif dan dampak konsekuensi-motivasi sering menghasilkan peningkatan performa. Seperti yang mungkin telah anda duga, siswa yang paling termotivasi untuk belajar dan unggul di berbagai aktifitas kelas cenderung menjadi siswa yang paling sukses.[6]

D.    Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut De Cee dan Grawford (1974) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan  dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu
1.      Menggairahkan Anak Didik
Salah satu tugas seorang guru adalah memelihara minat anak didik dalam belajar, dengan menghindari pembelajaran yang monoton dan membosankan. Dengan memberi kebebasan tertentu kepada murid untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. Mungkin dengan memandang suatu gagasan dari sudut pandang lain yang lebih nyata dengan mencontohkan dalam perilaku kehidupan.
2.      Memberi Harapan Realistis
Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak relaistis.sehingga setiap guru dituntut untuk memiliki pengetahuan yang cukup. Dengan demikian guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis atau terlalu optimis. Bila anak didik telah banyak mengalami kegagalan maka guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan kepada anak didik yang sifatnya terjangkau dan dengan pertimbangan yang matang.

3.      Memberi Insentif
Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan mampu memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
4.      Mengarahkan Prilaku Anak Didik
Setiap guru dituntut untuk memberikan respon terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Anak didik yang diam, yang membuat keributan, yang bebricara semaunya dan sebagainya, harus diberikan teguran secar arif dan bijaksana. Jadi cara yang baik dalam mengarahkan anak didik adalah dengan memberikan penugasan, bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut, dan dengan perkataan yang ramah dan baik. Hal yang sering dilakukan seroang guru maupun khalayak umum adalah menjuluki seseorang dengan gelar yang tidak baik padahal itu sangat tidak manusiawi.[7]

E.     Fungsi Motivasi
Semakin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan makin kuat pula motifnya, jadi motif atau motivasi itu sangat berguna bagi tindakan seseorang. Fungsi dari motivasi adalah sebagai berikut:
1.      Motif itu mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan.
2.      Motif itu menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita.
3.      Motif itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampaikan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. Dalam percakapan sehari-hari motif itu dinyatakan dengan berbagai kata, seperti; hasrat, maksud, minat, tekad, kemauan,dorongan, kebutuhan, kehendak, cita-cita, kehausan, dan lain sebagainya.[8]


















DAFTAR PUSTAKA

Ormrod , Jeanne Ellis, 2008, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Erlangga
Jamaris Martini, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, Bogor: Ghalia Indonesia
Santrock John W., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana
Djamarah Syaiful Bahri, Psikologi Belajar cetakan ketiga, Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya










[1] Jeanne Ellis Ormrod, 2008, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Erlangga, hal 58
[2]  John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, hal  414
[3] Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, Bogor: Ghalia Indonesia, hal 172-177
[4] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, hal 510-511

[5] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, hal 512-513
[6] Jeanne Ellis Ormrod, 2008, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Erlangga, hal 58-59
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar cetakan ketiga, Jakarta: Rineka Cipta, hal 168-170
[8] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal 70-71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persamaan Differensial Orde 2

BAB I PENDAHULUAN A.     Pengantar Persamaan differensial orde 2 adalah persamaan yang dapat ditulis dalam bentuk : F(x, y, y’,...